MEMAKSIMALKAN RUANG DI LAHAN SEMPIT
INFORMASI
Type Bangunan : Rumah Tinggal
Konsep Bangunan : Bangunan Minimalis
Lokasi : Mojokerto, Jawa Timur (Jatim)
Ukuran Tanah : 6 x 12 m
Ukuran Bangunan : 100 m2 (2 Lantai)
Client/Owner : Bpk Teguh
Status : Desain, Perencanaan
Perencana : SM Biro Bangunan
NARASI :
Keterbatasan ruangan rumah seringkali menjadi masalah klasik pada sebuah perjalanan hidup berkeluarga di saat anggota keluarga berkembang makin dewasa, kondisi sosial ekonomi makin mapan. Mungkin tidak menjadi masalah jika masih banyak tersedia space lahan untuk pengembangan bangunan rumah sehingga dengan mudah bisa kita bisa melakukan renovasi ke arah menyamping dari bangunan rumah asli.
Namun jika kebetulan kapling rumah Anda berukuran kecil, sementara untuk mendapatkan space tambahan adalah mustahil karena tetangga kanan-kiri tidak bersedia menjual tanahnya kepada Anda maka mau tidak mau Anda harus melakukan pengembangan secara vertikal alias ke atas. Alternatif lainnya adalah dengan mencari lokasi baru yang lebih besar, namun banyak pertimbangan yang harus dilakukan secara mendalam jika hendak pindah rumah.
Bila lokasi rumah Anda memang sudah cocok dengan Anda, dekat dengan tempat kerja, dekat dengan sekolah anak-anak Anda atau suasana sosial masyarakatnya telah menyatu dengan ritme kehidupan Anda, maka akan terasa sangat berat untuk meninggalkan rumah Anda bukan ?
Mungkin hal ini yang menjadi pertimbangan dari klien kami, yang berdomisili di sebuah kawasan perumahan di kota Mojokerto. Beliau bersama keluarga selama ini menempati rumah tipe 36 yang memiliki dua kamar dengan luas tanah 72 meter persegi. Karena anak-anak semakin besar, maka beliau mengembangkan bangunan rumah menjadi 2 lantai untuk membuat ruang kamar tambahan.
Model fasade rumah yang diinginkan adalah minimalis, memiliki balkon dan carpot. Adapun ruang yang dibutuhkan adalah ruang tamu, ruang keluarga, 3 kamar tidur, musholla keluarga, dapur, ruang belajar les dan carpot. Sedangkan bangunan eksisting adalah rumah tipe 36 yang telah dikembangkan jadi 2 lantai dengan 3 kamar tidur, dengan ukuran lahan 6 x 12 meter.
Setelah meninjau lokasi dan melihat denah eksisting rumah, maka diputuskan untuk membuat desain pengembangan rumah tahap 2.
Pertama, untuk membuat carpot maka kamar depan dibongkar sehingga kamar yang tersisa di lantai dasar tinggal satu. Adapun alokasi space di lantai dasar adalah untuk ruang tamu, ruang keluarga, 1 kamar tidur, musholla keluarga, dapur. Teras rumah diperlebar kedepan hingga batas pagar sehingga tidak ada lagi lahan kosong yang tersisa. Sedangkan lantai 2 diperuntukan untuk 2 kamar tidur, ruang les, ruang santai dan balkon.
Selanjutnya fasade rumah di desain memakai gaya minimalis dengan memberikan perpaduan batu alam dan beton garis-garis horisontal pada pilar teras. Railing pagar dibuat dengan motif garis vertikal, namun sebaliknya pagar balkon menggunakan garis horisontal. Tak lupa dibuat taman kecil di depan tembok pagar warna putih yang dipadukan pilar batu alam untuk memberi kesan segar dari muka bangunan rumah.
Balkon dirancang berukuran lebar namun semi tertutup, dengan pemberian sekat-sekat vertikal di samping yang berfungsi selain sebagai ventilasi juga sebagai ornamen samping agar tidak monoton. Pemilihan warna oranye cat balkon yang kontras dengan warna hitam pilar teras lantai dasar, dengan batas lisplank beton warna putih bertujuan untuk menarik perhatian. Permainan dua warna kontras juga diterapkan pada bentukan kotak-kotak di tembok lantai dua memberi kesan unik pada fasade rumah ini.
Atap carpot dipilih dari bahan polycarbonat semi transparan dengan penyangga besi siku yang elevasinya dibuat agak tinggi dari tembok pagar. Tujuannya adalah memberi kesempatan bagi sirkulasi udara dari arah samping bangunan rumah sehingga rumah tidak terasa gerah seperti yang sering terjadi pada carpot berpenutup polycarbonat. Bentuk atap dipilih pelana namun tidak simetris di kombinasi dengan garis-garis horisontal pada tembok gewel, menjadikannya sebuah permainan geometris yang lain dari atap bangunan-bangunan rumah sekitarnya.
Alhasil, akhirnya dari sebuah lahan kapling yang relatif sempit ( 6 x 12 meter) akhirnya berhasil diwujudkan sebuah bangunan tipe 100 yang mampu memenuhi kebutuhan ruang bagi keluarga penghuninya.
Sabtu, 27 November 2010
MEMAKSIMALKAN RUANG DI LAHAN SEMPIT INFORMASI Type Bangunan : Rumah Tinggal Konsep Bangunan : Bangunan Minimalis Lokasi : Mojokerto, Jawa Timur (Jatim) Ukuran Tanah : 6 x 12 m Ukuran Bangunan : 100 m2 (2 Lantai) Client/Owner : Bpk Teguh Status : Desain, Perencanaan Perencana : SM Biro Bangunan NARASI : Keterbatasan ruangan rumah seringkali menjadi masalah klasik pada sebuah perjalanan hidup berkeluarga di saat anggota keluarga berkembang makin dewasa, kondisi sosial ekonomi makin mapan. Mungkin tidak menjadi masalah jika masih banyak tersedia space lahan untuk pengembangan bangunan rumah sehingga dengan mudah bisa kita bisa melakukan renovasi ke arah menyamping dari bangunan rumah asli. Namun jika kebetulan kapling rumah Anda berukuran kecil, sementara untuk mendapatkan space tambahan adalah mustahil karena tetangga kanan-kiri tidak bersedia menjual tanahnya kepada Anda maka mau tidak mau Anda harus melakukan pengembangan secara vertikal alias ke atas. Alternatif lainnya adalah dengan mencari lokasi baru yang lebih besar, namun banyak pertimbangan yang harus dilakukan secara mendalam jika hendak pindah rumah. Bila lokasi rumah Anda memang sudah cocok dengan Anda, dekat dengan tempat kerja, dekat dengan sekolah anak-anak Anda atau suasana sosial masyarakatnya telah menyatu dengan ritme kehidupan Anda, maka akan terasa sangat berat untuk meninggalkan rumah Anda bukan ? Mungkin hal ini yang menjadi pertimbangan dari klien kami, yang berdomisili di sebuah kawasan perumahan di kota Mojokerto. Beliau bersama keluarga selama ini menempati rumah tipe 36 yang memiliki dua kamar dengan luas tanah 72 meter persegi. Karena anak-anak semakin besar, maka beliau mengembangkan bangunan rumah menjadi 2 lantai untuk membuat ruang kamar tambahan. Model fasade rumah yang diinginkan adalah minimalis, memiliki balkon dan carpot. Adapun ruang yang dibutuhkan adalah ruang tamu, ruang keluarga, 3 kamar tidur, musholla keluarga, dapur, ruang belajar les dan carpot. Sedangkan bangunan eksisting adalah rumah tipe 36 yang telah dikembangkan jadi 2 lantai dengan 3 kamar tidur, dengan ukuran lahan 6 x 12 meter. Setelah meninjau lokasi dan melihat denah eksisting rumah, maka diputuskan untuk membuat desain pengembangan rumah tahap 2. Pertama, untuk membuat carpot maka kamar depan dibongkar sehingga kamar yang tersisa di lantai dasar tinggal satu. Adapun alokasi space di lantai dasar adalah untuk ruang tamu, ruang keluarga, 1 kamar tidur, musholla keluarga, dapur. Teras rumah diperlebar kedepan hingga batas pagar sehingga tidak ada lagi lahan kosong yang tersisa. Sedangkan lantai 2 diperuntukan untuk 2 kamar tidur, ruang les, ruang santai dan balkon. Selanjutnya fasade rumah di desain memakai gaya minimalis dengan memberikan perpaduan batu alam dan beton garis-garis horisontal pada pilar teras. Railing pagar dibuat dengan motif garis vertikal, namun sebaliknya pagar balkon menggunakan garis horisontal. Tak lupa dibuat taman kecil di depan tembok pagar warna putih yang dipadukan pilar batu alam untuk memberi kesan segar dari muka bangunan rumah. Balkon dirancang berukuran lebar namun semi tertutup, dengan pemberian sekat-sekat vertikal di samping yang berfungsi selain sebagai ventilasi juga sebagai ornamen samping agar tidak monoton. Pemilihan warna oranye cat balkon yang kontras dengan warna hitam pilar teras lantai dasar, dengan batas lisplank beton warna putih bertujuan untuk menarik perhatian. Permainan dua warna kontras juga diterapkan pada bentukan kotak-kotak di tembok lantai dua memberi kesan unik pada fasade rumah ini. Atap carpot dipilih dari bahan polycarbonat semi transparan dengan penyangga besi siku yang elevasinya dibuat agak tinggi dari tembok pagar. Tujuannya adalah memberi kesempatan bagi sirkulasi udara dari arah samping bangunan rumah sehingga rumah tidak terasa gerah seperti yang sering terjadi pada carpot berpenutup polycarbonat. Bentuk atap dipilih pelana namun tidak simetris di kombinasi dengan garis-garis horisontal pada tembok gewel, menjadikannya sebuah permainan geometris yang lain dari atap bangunan-bangunan rumah sekitarnya. Alhasil, akhirnya dari sebuah lahan kapling yang relatif sempit ( 6 x 12 meter) akhirnya berhasil diwujudkan sebuah bangunan tipe 100 yang mampu memenuhi kebutuhan ruang bagi keluarga penghuninya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
bagus banget, gimana kalo ditunjukin denahnya sekalian gan
BalasHapussippp... bisa minta tolong untuk gambar detailnya ? atau kalu emang biaya ganti cetaknya brp ya ?
BalasHapus